Korea Selatan yaitu negara pada tingkat bersaing yang tinggi. Tidak sekedar di tugas, mulai sejak duduk di kursi sekolah, beberapa anak di negara itu seharusnya berlomba keduanya. Selainnya area akademis, soal ini pula mengenai mereka sebagai trainee di sebuah agency. Buat sukses karir, mereka mesti melalui pelbagai bagian serta zaman training yang tidak sesaat. Itu pemicunya, mereka udah dituntut buat lebih menjadi kuat.
Lagu ini malah memverifikasi semua hati yang kita alami. Diluar itu, Jimin memberikan dukungan kita buat bebaskan emosi yang tersembunyi supaya bisa menjadi personal yang lebih bagus. Masalah ini pastinya dapat memberikan penglihatan anyar buat anak muda di penjuru dunia melalui musiknya. Selanjutnya, kenapa beberapa anak serta remaja di Korea Selatan punyai tingkat berbahagia yang lebih rendah?
1. Kecemasan bakal Karir
Biarpun Korea Selatan saat ini sedang jadi pantauan penduduk dunia, akan tetapi masalah ini tidak sesuai dengan kehidupan masyarakatnya. Mereka lantas masih dihantui ketidaktetapan masalah karir atau harapan tugas. Kecemasan ini sebagai yang menimbulkan kematian paling tinggi, yakni bunuh diri pada remaja (15-24 tahun).
Perihal ini pula yang bikin mereka bersaing supaya bisa mengkaji kampus-kampus dengan posisi tinggi, seperti Kampus Yonsei, University of Korea, serta Seoul National University. Dengan meniti pendidikan di tiga universitas itu, hari esok mereka lebih terbukti. Itu pemicunya, saat dekati ujian masuk perguruan tinggi, tingkat kekuatiran mereka lantas bertambah.
Sedangkan, sekolah makin mengetatkan evaluasi supaya mereka makin focus. Di sisi lainnya, orang-tua pula memaksakan mereka buat meng ikuti les tambahan sampai larut malam. Mencuplik ICEF Monitor, biarpun punyai hasil yang bagus dalam ujian, ketertarikan serta tingkat kepuasan murid di Korea Selatan masih amat rendah. Menurut Institut Kurikulum serta Penilaian Korea, ini karena beberapa murid di situ belajar dengan intensi cuma buat penyiapan ujian masuk kampus, tidak untuk perdalam kapabilitas diri.
Baca Juga : Bosan Dengan Permainan Itu-Itu Saja? Ayo Mainkan Permainan Berhadiah Dengan Jaminan Jackpot Hanya Bisa Kamu Temukan Di Aladdin138
2. Penekanan Keluarga Berlebihan
Peraturan buat memadatkan jam belajar pasti bukan tanpa ada alasan. Malah, orang-tua sebagai akar persoalan ini. Dalam kisah Korea yang mengangkut cerita anak sekolah, kita kerap temukan beberapa anak yang dikasih penekanan tinggi untuk terus sukses oleh orangtuanya. Apabila tidak berhasil, orang-tua lantas tidak bakal malas menghukum ke beberapa anak mereka.
Ini dilaksanakan argumen orang-tua berupaya keras buat memberikan pendidikan yang terunggul untuk beberapa anaknya. Sejumlah besar orang Asia sangat menyembah dunia akademik serta menyaksikan pendidikan jadi metode buat raih keberhasilan serta bawa kehormatan untuk keluarga. Sudut pandang kalau keberhasilan cuma bisa diperoleh lewat akademis pasti berikan penekanan untuk beberapa remaja di situ. Juga, artikel "An Assault Upon Our Children" yang dicatat oleh Koo Se Woong mengutarakan soal unik saat dia mengajarkan bahasa Inggris tingkat menengah ke anak umur 11 tahun di Gangnam, sebagai lingkungan kaya.
Menurut dia, beberapa murid nampak serius belajar tapi mata mereka terlihat mati. Saat dia menanyakan apa beberapa anak itu berbahagia, seseorang gadis dengan ragu-ragu mengangkut tangannya. Dia menjelaskan berbahagia saat ibunya pergi sebab yang ibunya kerap membentak atas prestasi akademiknya.
Tingginya penekanan ini dinyatakan oleh evaluasi Korea Herald yang memperlihatkan nyaris 34 prosen remaja Korea Selatan memikir buat bunuh diri sebab penekanan akademis. Evaluasi Institut Peraturan Pemuda Nasional pula mengutarakan 33,8 prosen murid yang dievaluasi menjelaskan kalau mereka sebelumnya pernah memperhitungkan buat bunuh diri.
3. Tingkat Penghinaan Tinggi
Selain akademis, beberapa remaja di Korea Selatan harus hadapi salah satunya persoalan yang masih jadi halangan besar untuk pemerintahan di situ. Data dalam Korea Times memperlihatkan kasus penghinaan pada 2021 bertambah 7,300 kasus ketimbang tahun awalnya. Apabila memandang kisah The Glory, tingkat penghinaan di Korea Selatan betul-betul ada di dalam step yang menakutkan.
Juga, pemerintahan lantas punyai pengelompokan privat berdasar tingkat buat kasus penghinaan. Tidak cuma berbentuk verbal, beberapa remaja di situ lantas tidak enggan-segan buat merundung fisik korban sampai bikin mereka ketekan. Kadangkala juga penghinaan ini dapat berjalan sampai korban dewasa sehingganya bikin hidup korban sangatlah teraniaya.